A. PENGERTIAN KEBUDAYAAN
J. Verkuyl mengatakan bahwa kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta, yakni budaya, bentuk jamak dari budi yang berarti Roh atau akal. Kata kebudayaan berarti segala sesuatu yang diciptakan oleh manusia (J. Verkuyl, 1966:3). Koentjaradiningrat (1976: 19) mempunyai pandangan yang serupa menurutnya kata kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta, yakni budhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddi yang berarti budi atau akal. Koentjaradiningrat mengartikan kebudayaan sebagai keseluruhan gagasan dan karya manusia, yang harus dibiasakannya dengan belajar, beserta keseluruhan dari hasil budi dan karyanya itu.
B. SIKAP ISLAM TERHADAP KEBUDAYAAN
Islam membagi kebudayaan menjadi tiga macam, yaitu:
1) Kebudayaan yang tidak bertentangan dengan Islam
2) Kebudayaan yang sebagian unsurnya bertentangan dengan Islam, kemudian direkonstruksi sehingga menjadi kebudayaan Islami.
3) Kebudayaan yang bertentangan dengan Islam
Allah telah memberikan kepada manusia sebuah kemampuan dan kebebasan untuk berkarya, berfikir dan menciptakan suatu kebudayaan. Di sini, Islam mengakui bahwa kebudayaan merupakan hasil karya manusia.
Sedang agama adalah pemberian Allah untuk kemaslahatan manusia itu sendiri, yaitu suatu pemberian Allah kepada manusia untuk mengarah dan membmbing karya-karya manusia agar bermanfaat, berkemajuan, mempunyai nilai positif dan mengangkat harkat manusia. Islam mengajarkan umatnya untuk selalu beramal dan berkarya, ntuk selalu menggunakan pikiran yang diberikan Allah untuk mengolah alam dunia ini menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi kepentingan manusia. Dengan demikian, Islam telah berperan sebagai pendorong manusia untuk berbudaya.
C. KONSEP KEBUDAYAAN DALAM ISLAM
Al-Qur’an memandang kebudayaan sebagai suatu proses dan meletakan kebudayaan sebagai eksistensi manusia. Kebudayaan merupakan suatu totalitas kehidupan manusia meliputi kegiatan akal, hati dan tubuh yang menyatu dalam suatu perbuatan. Kebudayaan tidak mungkin lepas dari nilai-nilai kemanusiaan dan ketuhanan .
Hasil olah akal, budi, rasa, dan karsa yang telah berinteraksi oleh nilai-nilai kemanusiaan yang universal berkembang menjadi sebuah peradaban. Dalam perkembangannya perlu bimbingan wahyu dan aturan-aturan yang mengikat agar tidak terperangkap oleh ambisi yang bersumber dari nafsu hewani yang berdampak merugikan diri sendiri. Dalam hal ini agama berfungsi sebagai pembimbing manusia dalam mengembangkan akal budinya sehingga menghasilkan kebudayaan yang beradab atau peradaban Islam.
D. PRINSIP-PRINSIP KEBUDAYAAN ISLAM
Prinsip-prinsip kebudayaan dalam Islam merujuk pada suber ajaran islam, yaitu:
1. Menghormati akal
2. Memotivasi untuk menuntut dan mengembangkan ilmu.
3. Menghindari taklid buta
4. Tidak membuat pengrusakan
E. HUBUNGAN KEBUDAYAAN, POLA TINGKAH LAKU DENGAN ISLAM
Islam pada dasarnya mengatur dua pola hubungan, hubungan manusia dengan Allah dan hubungan manusia dengan manusia, dan dengan mahlluk sekitarnya. Yang pertama hubungan itu dengan pencipta, sedangkan yang kedua dengan yang diciptakan, makhluk. Hubungan antara manusia dengan Khalik umumnya bersifat ritual, sedangkan hubungan antara manusia dengan makhluk terbentuk dalam masyarakat dan menghasilkan kebudayaan. Pola hubungan manusia dengan Khalik menentukan pula tingkah laku manusia, karena itu pula memberi warna pada kebudayaan. Jadi hubungan manusia dengan Khalik bukan tidak berhubungan dengan kebudayaan. Bahkan kesempurnaan hubungan manusia dengan khalik akan meningkatkan makna daripada kebudayaan, karena itu akan menentukan corak dari pada masyarakat melalui pola tingkah laku manusi, anggota masyarakat.
Dalam analisa sekularisme, soal dunia diatur oleh kebudayaan sedangkan soal akherat diatur oleh agama. Hakikatnya, menceraiberaaikan kebudayaan dari agama. Akaal manusia merajalela menentukan pola tingkahlaku manusia, dasar dan pelaksanaan kebudayaan.
Maka berbuatlah manusia tanpa mengingat tuhan, perilaku manusia sehari-hari seolah-olah terpisah dari agama dari agama ,dari tuhan. Jalan fikiran sekuralisme ini telah menghinggapi umat Islam. Hal itu terjadi jika sholat, saum, dan lain-lain tidak member bekas pada tingka laku umat Islam dalam kehidupannya.
F. EVOLUSI KEBUDAYAAN ISLAM
Islamisasi berlangsung dengan proses sosiaalisasi dan enkulturasi proses tersebut berlangsung dalam rumah tangga dan masyarakat, dengan program pengajaran dan pendidikan baik formal maupun informal. Islamisasi akulturasi dan difusi kebudayaan. Proses ini pun berlangsung secara evolusi. Akulturasi akan mempertemukan nilai-nilai Islam yang lebih unggul dengan nilai-nilai tradisional yang rapuh, mengalami suatu proses percampuran dan proses perkawinan sehingga menghasilkan nilai-nilai islami yang diwarnai oleh masyarakat itu.
Difusi kebudayaan tergatung pada unsur-unsur budaya yang akan disebarkan karena itu usur-unsur budaya sangat penting tetap dikembangkan tetapi tetap diwarnai oleh nilai-nilai Islam. Ini hanya mungkin dengan berkembangnya proses Ijtihad. dengan ijtihad, akan berkembang unsure-unsur hukum baru, teknologi baru, teknik-teknik manejemen baru, mekanisme-mekanisme baru gaya-gaya baru yang lebih sesuai dan efektif dengan perkembangan waktu, tempat, dan selera masyarakat.Unsur-usur baru ini harus tetap berpangkal pada nilai-nilai dasar Al-Qur’an dan Sunnah Rasul. Tanpa berkembangnya unsur-unsur buaya baru yang bercermin pada nilai-nilai dasar Al-Qur’an dan Sunnah Rasul kebudayaan Islam akan ketinggalan zaman akan kalah dalam proses akulturasi dengan unsur-unsur kebudayaan barat, liberalisme, kapitalisme, konsumerisme, dan mungkin pula komunisme.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar